KUTAI TIMUR, eksposisi.com – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kutai Timur (Kutim), Ubaldus Badu, mengungkapkan kekecewaannya terkait alokasi dana aspirasi sebesar Rp1 miliar yang dialokasikan tanpa sepengetahuannya ke Dapil 2.
Dana tersebut seharusnya dialokasikan untuk lima kecamatan di daerah pemilihan (dapil) 5, yakni Kecamatan Kaubun, Karangan, Sandaran, dan Sangkulirang, untuk pembangunan fasilitas pendidikan.
Ubaldus menjelaskan bahwa dana aspirasi tersebut berasal dari hasil reses anggota dewan, di mana aspirasi masyarakat dikumpulkan, dibukukan, dan dijadikan dana aspirasi dewan. Namun, setelah melalui berbagai proses di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bapeda) dan dinas terkait, dana tersebut dialihkan tanpa sepengetahuan Ubaldus.
“Saya memiliki dana aspirasi murni di tahun 2024 yang saya alokasikan di Dinas Pendidikan untuk pembangunan sekolah di dapil saya. Namun, setelah mengecek di dinas kemarin, ternyata dana Rp1 miliar punya saya di drop ke Bengalon. Ini sangat saya pertanyakan,” ujar Ubaldus dengan nada geram.
Ubaldus menyatakan bahwa pencurian dana aspirasi tersebut telah merugikan daerah terpencil di Dapil 5 yang selama ini kurang diperhatikan. Ia menekankan pentingnya pembangunan fasilitas pendidikan di daerah-daerah seperti Sandaran dan Karangan yang kondisi pendidikannya sangat memprihatinkan. Banyak sekolah di daerah tersebut masih memiliki lantai tanah yang becek saat hujan, sementara sekolah-sekolah di daerah perkotaan sudah mengalami semenisasi.
“Dinas Pendidikan mengalokasikan hanya satu untuk pendidikan di bengalon. Saya memiliki beberapa judul pembangunan termasuk gedung sekolah, musholla, pagar sekolah, dan kapel Katolik. Namun, tidak ada yang tersampaikan,” tambah Ubaldus.
Ia juga mengkritik koordinasi yang buruk antara dinas terkait, yang tidak mengetahui bahwa ia adalah anggota DPRD dari Dapil 5.
“Aneh rasanya, rekomendasi dari sini sudah diantarkan ke sana, tapi dinas pendidikan tidak tahu bahwa saya berasal dari Dapil 5. Ini adalah siasat dinas-dinas yang sekarang ini, sampai kemaren saya pukul meja,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa ia siap bertanggung jawab dan akan terus memperjuangkan alokasi dana aspirasi tersebut.
“Kondisi pendidikan di pelosok sangat memprihatinkan, biaya mahal, transportasi sulit, apalagi sering hujan. Kita mau alokasikan anggaran ke sana, itu pun syukur-syukur bisa selesai karena kendala-kendala banyak,” tutupnya. (adv/dprd/kutim)