KUTAI KARTANEGARA, eksposisi.com – Desa Kersik, Kecamatan Marang Kayu, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) selain memiliki potensi produk garam krosok atau garam mentah. Perairan yang masih terjaga dan bersih yang ada di Desa Kersik dimanfaatkan para petani untuk memproduksi garam krosok.
Garam krosok sering digunakan sebagai bahan pengawet ikan, produksi ikan asin, dan campuran pakan ternak. Rasa dari garam krosok lebih asin dan tidak mudah larut seperti pada garam dapur.
Ketua Kelompok Petani Garam Desa Kersik, Muhammad Amin mengatakan, bahwa produksi garam ini dikembangkan pertama kalinya di Desa Kersik dan mulai berjalan sejak 3 bulan lalu, dengan bantuan dari Dinas Kelautan dan Perikan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim).
“Adapun luas lahan produksi garam ini kurang lebih setengah hektar yang dalam waktu dekat ini akan kami panen perdana, kalau tidak ada halangan cuaca minggu ini.” kata Muh Amin.
Ia mengungkapkan untuk pengelolaan garam krosok saat ini dikelola oleh kelompok, yang dibantu dengan BUMDes untuk sewa lahan dengan sistem pinjam kelompok. Ia menyebut bahwa pemerintah desa menginginkan produksi garam kerosok ini jadi industri garam. Namun saat ini produksi belum maksimal jadi sementara hanya bisa produksi garam kerosok.
“Untuk harga jual garam kerosok ini Rp5.000 perkilogram. Sedangkan untuk penjualan garam akan dijual disekitar Desa Kersik karena disini ada usaha penggemukan sapi dan hasil dari garam ini ditampung di usaha penggemukan sapi tersebut.” jelasnya.
Sementara Kepala Desa Kersik Jumadi mengatakan bahwa di Desa Kersik memiliki wilayah perairan yang cukup luas dan memungkinkan untuk dikembangkan produk garam. Saat ini memang sudah di kembangkan oleh kelompok tani garam dengan bantuan dari pemerintah.
“Kami dari Pemerintah Desa Kersik berencana mengembangkan potensi garam ini, apabila produksi garam kerosok ini bisa berjalan dengan baik, punya nilai ekonomis yang baik. Setelah dikerjakan dengan baik dan maksimal dari dukungan pemerintah yang ada itu. Kami memang berkeinginan mengembangkan. Cuman sampai saat ini masih belum maksimal,” ujarnya.
Jumadi mengatakan bahwa potensi garam di Desa Kersik sangat besar, karena bahan baku air laut cukup dekat. Selain itu kualitas airnya masih terbilang bagus untuk membuat garam. Cuman memang harus ditopang dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik, dan punya kemampuan modifikasi.
“Karena disini dan di Jawa ada perbedaan alam, jadi proses pembuatan garam ini juga perlu penyesuaian,” katanya.
Ia menjelaskan awal produksi garam ini harus banyak treatment dan ujicoba, karena ini baru dikembangkan disini. Jadi harus banyak melakukan percobaan agar hasilnya bisa maksimal. Kalau memang kedepannya arahnya ini ke Bumdes, karena ini potensi desa, kalo bisa dikembangkan ke garam yodium. Namun masih mau dilihat dulu sejauh mana garam ini bisa berkembang.
“Harapannya kelompok yang ada ini bisa betul-betul memanfaatkan bantuan pemerintah, kemudian produksinya memiliki nilai ekonomis yang baik. Karena khawatir ini tidak menjanjikan secara ekonomis sehingga tidak menarik,” pungkasnya. (adv)