KUTAI KARTANEGARA, eksposisi.com – Puluhan seniman dan seniwati yang dahulu tergabung dalam Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai (LPKK), berkumpul di taman rekreasi Kembang Jaong, Tenggarong, pada Rabu (9/3/2022). Moment ini merupakan acara haul dan doa bersama untuk mengenang 62 orang seniman asal Kukar, yang telah tutup usia.
Kegiatan ini diperakarsai oleh mantan pengurus, seniman, dan seniwati, yang pernah mengabdi di LPKK. Sejak tahun 1972 hingga 2008 atau selama 36 tahun lamanya berkarya. Sebelum akhirnya lembaga ini vakum tahun 2008, lalu. Kegiatan ini bukan hanya mendoakan para seniman yang telah wafat, namun juga menjadi ajang silaturahmi dan nostalgia para seniman yang pernah berkarya bersama.
Melalui, Mantan Ketua Lembaga Pembinaan Kebudayaan Kutai (LPKK), Misra Budiarto, menjelaskan, bahwa kegiatan haul bagi seniman dan seniwati asal Kukar, ini. Adalah sebuah bentuk penghargaan kepada seniman yang telah tutup usia. Dan sekaligus mempererat tali silaturahmi antar mantan seniman LPKK.
Ia menjelaskan dari 62 orang seniman yang telah berpulang, dahulunya mereka telah berkecimpung di dunia seni Kukar sejak tahun 1972 hingga tahun 2008, dan tak terhitung lagi karya dan pertunjukkan seni yang telah ditampilkan, mulai tradisi dan kontenporer.
“Karya seni yang sudah ditampilkan seniman LPKK tidak tehitung lagi, dari mulai pendirinya pak zais, pagelaran seperti Erau, acara tingkat nasional maupun mengunjungi 20 negara lain untuk promosi budaya Kutai Kartanegara,” tutur pria yang akrab disapa Nanang tersebut.
Selain itu dengan pernah adanya LPKK, semua seniman asal kukar mulai dari perorangan, kelompok, dan komunitas, semua berkarya bersama, di lembaga tersebut. Bila dihitung ada ribuan seniman yang pernah tergabung dalam LPKK, dimulai, penyanyi, pemusik, penari, teater, tarsul, dan sastrawan.
“Semua bidang kesenian saat itu jalan semua,” jelasnya.
Nanang dan para seniman lainnya yang pernah berkarya bersama, berpesan, agar pemerintah daerah saat ini bisa memprioritaskan seni dan budaya di Kukar. Karena daerah ini kaya akan seni maupun budaya yang patut dilestarikan. Namun seni dan budaya daerah saat ini seperti tidak lagi ada daya tarik. Ia menilai, karena kurangnya support dan lembaga yang menaungi. Selain itu, dalam waktu dekat Ibu Kota Negara “Nusantara” segera berdiri di Kaltim.
“Maka harus ada keseriusan untuk mempertahankan dan melestarikan kesenian asli Kukar,” katanya.
Selain itu, Mantan Sekertaris LPKK, Erwin Junaidi, menambahkan. Seniman asal Kukar dahulu disebutnya sangat terkenal dan karya-karyanya juga telah melalang buana, dari tingkat nasional dan internasional.
“Prestasi kita saat itu pada tahun 78 juara satu nasional untuk tari tradisional, dengan membawa tarian gantar pahlawan. Dan saya sebagai salah satu penari saat itu,” sebutnya.
Lanjutnya, dahulu dalam kegiatan seni yang digagas pemerintah daerah LPKK tidak pernah luput dari fungsinya. Pihaknya selalu terlibat untuk memberikan pelatihan dan memperkenalkan kearifan lokal tujuan utamanya yakni agar Kukar di kenal oleh domestik dan mancanegara.
Namun saat ini ia menilai pihak-pihak terkait, minim melakukan regenerasi seniman. Oleh sebab itu sebetulnya dengan adanya kelompok seni saat ini dapat menjadi solusi untuk mengembalikan marwah seni kutai. Ia pun berharap, LPKK bisa kembali direvitalisasi atau dihidupkan kembali sehingga fokus untuk melestarikan seni dan budaya setempat.
“Kita juga menyarankan pemerintah daerah agar bisa menghidupkan kembali lembaga seni ini, dimana khusus untuk menaungi seni dan budaya daerah,” pungkasnya.